Home » » Maen Plesetan, Awas Jatoh!! (dari sebuah keprihatinan)

Maen Plesetan, Awas Jatoh!! (dari sebuah keprihatinan)


To know oneself the troubled times is to know trouble in one's mind to go along with the insanity is unthinkable, yet if one does not, one finds no share, and so starves at last. Yet thus is God's will: happy perhaps are those who forget themselves, happier still those who are aware and careful. That's just a saying, fact is he really wants it. Ain't that right, Paman Dhoplang?" "True enough, who say that." But within truly it could be no more different. What's an old man to do. Only to retreat, to find the mercy of God.
from ‘Sinom’ in ‘Serat Kalatido’ chapter VIII

Jujur, bukan karena genit-genitan – atau bahkan gagah-gagahan - semata waktu aku mencoba menyajikan salah satu karya Ki Ronggowarsito ini dalam bahasa Inggris. Saat aku mewujudkannya dalam tindakan menulis banyak alasan, ide, dan harapanku yang tersimpan bersama kata-kata yang ada di sana.


Diantaranya, supaya makna dan amanah yang ada dalam tembang itu bisa dimengerti oleh lebih banyak kerumunan individu, bahasa Inggris ‘kan, bahasa internasional. Hmmm, banyak sih latar belakang aku melakukannya. Tapi yang paling ‘dekonstruktif” adalah karena aku sedang jenuh dengan bahasa Indonesia.

Lho? Yups, bener kok. Mau tahu apa yang bikin aku jadi jenuh? Ini tuh akibat ulah beberapa ‘orang bersastra’ yang berusaha memainkan kata-kata dalam bahasa Indonesia dalam suatu pemaksaan logika dan akar budaya yang menurutku kurang tepat. Kalau seandainya ini dilalukan oleh beberapa ‘anak nakal’ sih aku nggak akan mutung-nya seperti ini kok. Suer, deh! Suer sebagai orang Jawa yang lagi belajar nJawani….


Mungkin pemikiranku ini terlalu konvensional, bahkan agak puritan, tapi aku kira ini penting lho. Karena aku percaya lho, kalau kata-kata itu memiliki kekuatan yang biasa disebut ‘makna’. It’s a dangerous mind. Sesuatu yang invisible dan sangat berbahaya. Kalau ada yang berkata, “Kata-kata nggak bisa merubah manusia,” itu nggak benar. Karena toh permasalahan yang biasa terjadi di muka bumi ini adalah akibat kegagalan komunikasi, terutama dengan bahasa. Apalagi saat bahasa itu mengejahwantah menjadi tindakan sebagai sebuah perjuangan kata-kata. Duh!

Contohnya, saat seorang teman - yang aku yakin dia punya ilmu sastra - mencoba ber-pleset-pleset-ria dengan kata KUN. Dikatakan olehnya, jangan-jangan kosakata PUN dalam bahasa Indonesia itu berasal darinya, bermula dari salah eja atau pelafalan semata. Atau, saat mencoba membolak-balik kata TAMU dan UMAT. Lebih konyol lagi saat melafalkan KEBUTUHAN sebagai KEBUT-TUHAN.

Asyik juga sih, tapi masalahnya ‘kreatifitas’ itu akankah mampu membuat bahasa Indonesia makin cepat menemui jati dirinya. Atau, jangan-jangan malah membuat bahasa Indonesia kehilangan orientasinya. Saat TUHAN dilafalkan secara cepat sebagai HANTU, POS dibolak-balik sebagai SOP hingga jadi tumpah, atau GAYA SELINGKUNG dipelesetkan menjadi GAYA SELINGKUH, MAHA TAHU jadi SOK TAHU, apa itu bukan guyonan yang mubadzir yang bisa membuat bahasa Indonesia kehilangan kekuatan MAKNA dan MANNA-nya.

Jangan mentang-mentang dalam nasional Indonesia itu ada etnis Jawa yang punya falsafah OTAK-ATIK GATHUK trus dilogikakan secara mentah-mentah bahwa bahasa Indonesia tuh memiliki pula akar-budaya OTAK-ATIK GATHUK tersebut. Kharakter bangsa yang ada dalam Nation Indonesia itu kan majemuk, bukan cuma orang Jawa aja.

Ah, sudahlah… Toh, kenyataannya sudah terjadi. Kenapa harus digugat-gugat, apalagi yang menggugat ‘H-nya’ orang yang baru belajar Njawani. Aku Nrimo Ing Pandum aja deh…. Eits, jangan salah menyangka kalau bentuk Nrimo ing Pandum ini sama artinya dengan pesimistik lho, beda, man. Aku percaya kok, kalau semua bergerak atas hukum alam. Misal, siapa main api, kebakar; Siapa main air, basah; Siapa main plesetan, ya, jatuh; etc.

BTW (bukan betawi loh, tapi by the way), kalau ada yang penasaran dengan fenomena OTAK-ATIK GATHUK atawa NRIMO ING PANDUM silahkan email ke ferre_suga@yahoo.com siapa tahu aja aku bisa menjawabnya sesuai tarafku sebagai orang yang baru belajar. Otre??

Paradok ya? di awal tulisan aku bilang aku lagi jenuh berbahasa Indonesia, tapi kok ya bisa-bisanya menulis dalam bahasa Indonesia sebanyak ini. Benar-benar contoh kongkrit dari Edannya jaman Edan ini hehehe….

Yawda, kembali ke akar-kulur-ku deh sebagai orang jawa, aku kembalikan nukilan serat kalitidha yang aku transformasi ke bahasa asalnya, bahasa jawa. Sugeng ngersa aken….

“Amenangi jaman edan ewuh aya ing pambudi melu edan nora tahan yen tan milu anglakoni boya kaduman melik kaliren wekasanipun dilalah karsa Allah begja-begjane kang lali luwih begja kang eling lawan waspada Samono iku babasan padu-padune kapengin nggih mekoten Paman Dhoplang bener ingkang angarani nanging sajroning batan sajatine nyamut-nyamut wis tuwa arep apa muhung mahasing ngasepi supayantuk parimarmaning Hyang Suksma”.
- ferre -
Orang yang lagi belajar nJawani
Share this article :

0 komentar:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011. Onethinks Creative Workshop - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger